sambungan listrik

Cerita tentang Listrik dan Wadas

Pemasangan sambungan listrik untuk warga yang belum terpasang di Wadas merupakan salah satu yang masuk dalam klausul yang menjadi bahan negosiasi kelompok Warga dengan Gubernur Jateng, pemrakarsa Bendungan Bener BBWSO, juga ada beberapa saksi. Listrik itu rerata masih banyak yang satu meteran untuk beberapa rumah tangga di Wadas. Warga akhirnya mau menerima pembebasan lahan tidak secara serta merta, ada klausul-klausul yang mereka inginkan untuk paling tidak meminimalisir resiko warga terdampak. Selain juga tentu saja dengan sarana dan prasarana untuk menunjang perekonomian maupun sektor lainnya.

Saya generasi yang lahir mengalami lampu senthir, petromak dan listrik. Senthir atau lampu tempel itu kalau misal sudah digunakan jangan lupa mematikan karena kalau tidak dijamin besok bangun tidur hidung kehitaman alias kena “langes”, karena ketika tidur tidak ada yang bisa mengkontrol nyala api harus stabil, kalau sudah bejelaga kita ngupil pun hitam jarinya:. Zaman petromak, yang terkenal petromax butterfly, ada yang harus dipenuhi ketika mau menyalakan petromax, harus kasih “kaos lampu” dulu yang terkenal cap jago. Sewaktu membakar kaos lampu sebagai titik panas api harus betul betul terkendali. Begitu lubang dikit maka kaos lampu akan membuat tekanan gas bercampur minyak tanah bocor. Spuyer, klep, jarum adalah sparepart petromax. Saya dan kakak saya tiap senja bergantian hari kena giliran menyalakan petromax, ruang tamu menjadi terang ketika petromax dinyalakan. Ditambah ada tv pakai accu yang bisa buat nonton orang sekampung.

Terus datang listrik, listrik di tempat saya terakhir datang, karena ditengah hutan tahun 91 baru berlistrik, pengalaman masuk listrik pertama sungguh mengesankan, waktu menjadi lebih lama kalau malam, saya baru ngeh kalau yang memasang tiang2 listrik di tempat saya dulu adalah orang-orang kampung yang saya diami sekarang, Mereka merantau menjadi penyambung jaringan listrik PLN AKAP, antar Kota antar Propinsi. Tv pertama masih hitam putih,.kemudian muncul berwarna dan merk-merk terkenal, menyetrika sudah tidak lagi jadi kerjaan tak kenal lelah membuat api, alias “daden Geni” itu kalau belum arangnya agak basah, begitu dikipasi Baranya kemana mana, maka tak heran kadang baju bolong. Apalagi kalau musim hujan gini, baju sekolah harus “Ringgo”, garing dienggo. Kalau nggak kering baunya kayak amisnya telur.

Pengalaman punya sambungan listrik adalah pengalaman kehidupan baru, permintaan sambungan listrik adalah bagi orang-orang Wadas yang rerata tidak punya tanah tapi terkena dampak pembangunan itu. Komunikasi yang macet, informasi yang tidak utuh, minimnya kepercayaan dan ditambah pendekatan keamanan adalah puncak dari bencana Wadas awal tahun lalu. Hari hari ini Wadas lebih terbuka masyarakatnya, kecurigaan pada orang asing tidak seseram dulu.

Orang sudah bisa duduk bersama walaupun berbeda pandangan, ada daerah yang mayoritas menerima pembebasan tanah, tapi ada satu dua yang masih belum menerima,.mereka hidup berdampingan tidak lagi saling mengeras. Demikian juga sebaliknya, fakta apa yang terjadi sampai hari ini adalah realitas tentang keterbangunan semuanya, kepercayaan, informasi yang lebih utuh dan niat menghadirkan kesejahteraan hari ini melalui banyak tangan.

Terima kasih Pak Alois Wisnuhardana berkat beliau jaringan listrik dan sambungan listrik ke warga yang sebelumnya menurut mereka tidak tahu cara mendapatkannya sudah lebih dari 80 KK menerima dan semoga jalan-jalan umum diterangi sehingga kehidupan menjadi lebih panjang dan produktif, walaupun kata teman saya lebih baik tidak berlistrik karena akan lebih mencirikan keasrian desa, tapi dia hidup di kota dan butuh listrik paling kalau sedang trip atau retreat di tengah hutan, coba hidup terus menerus tanpa listrik?:), Emang itu teman saya sukanya mimpi tapi tidak mau menjalani sendiri. #markijodilarangmasuk Marikitakerjo

https://www.facebook.com/wisnuhardana

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *