Negeri ini memang menghampar di atas cincin api bumi. Sekujur republik dari Aceh hingga Papua, hanya Kalimantan yang praktis tidak berada di atas cincin api (ring of fire). Akibatnya, gunung api dan gempa bumi adalah fenomena lumrah yang biasa terjadi kapan saja. Gunung bisa meletus, tanah bisa bergeser yang kemudian menimbulkan gempa. Bilamana meletusnya gunung dapat diterka dan diwaspadai jauh-jauh hari, peristiwa gempa belum dapat diprediksi hingga detik ini.
Yang terakhir terjadi adalah gempa di Mentawai, Sumatera Barat. Wilayah ini memang pertemuan lempeng di lapis-lapis bumi yang sangat aktif di bawah tanah yang kita injak ini. Dan gempa kali ini relatif besar skalanya, sekitar 7,3 SR, sehingga berpotensi menimbulkan tsunami. Itu terjadi pada fajar pagi hari, sekira pukul 03.00 dini hari.
Tentu saja, tabrakan lempeng yang menimbulkan gempa itu mengakibatkan kerusakan di permukaan. Bangunan roboh, dan apa saja yang tertancap di bumi berguncang. Tak terkecuali tiang listrik. Tiang yang roboh sudah pasti menyebabkan padamnya arus listrik. Secara otomatis, arusnya pasti dimatikan, supaya tidak menimbulkan ancaman jiwa manusia gara-gara kesetrum.
PLN menghitung, sesaat setelah gempa, hampir 90 ribu pelanggan terganggu pasokan listriknya. Meliputi Sumatera Barat yang paling dekat dan Sumatera Utara yang merupakan tetangga terdekatnya. Bagaimana membereskan pasokan listrik untuk sebegitu banyak pelanggan? Butuh berapa lama menormalkannya?
Pasukan PLN menyelesaikan dengan gegas. Kurang dari 2 jam, pasokan listrik untuk Sumbar sudah normal. Kurang dari 6 jam, yang di Sumut juga sudah normal. Mengapa sedemikian gegas? Karena listrik adalah fasilitas yang paling dibutuhkan masyarakat untuk berbenah paska gempa. Air butuh listrik. Motong ini itu, butuh listrik. Apa-apa butuh listrik. Kalau tidak cepat terselesaikan pasokannya dengan segera, apa warga tidak menderita?

Instruksi pemimpin tertinggi PLN jelas dan tegas. “Segera kita bereskan dan sinergikan dengan tenaga bantuan lain yang dibutuhkan masyarakat.” Makanya, segera setelah kelistrikan normal, pasukan PLN telah bergabung dengan tim tanggap darurat dan bencana dalam kegiatan kemanusiaan. Menyalurkan bantuan, membuka posko bencana, membantu dapur umum, untuk warga yang terdampak gempa.
Hidup di negeri cincin api memang harus dijalani dengan falsafah cincin juga: saling terhubung dan tersambung menjadi satu. Terhubung dalam penyediaan bantuan untuk para korban. Tersambung dengan gerakan saling bantu saling tolong.