Harga Mobil Bakal Naik –bukan iklan!

Siapapun yang ingin beli mobil (lagi), bersiap-siaplah dengan info ini! Harganya diproyeksikan bakal naik. Tentu saja ini bukan iklan, apalagi seperti iklan properti, yang woro-woro harga Senin naik!

Apa pasal yang membuat harga mobil bakal naik?

Bahan baku mobil dan komponen-komponennya –terutama besi dan baja—sudah menunjukkan kecenderungan naik sejak tahun lalu. Padahal, besi dan baja adalah bahan baku untuk pembuatan bodi, suku cadang, roda gigi. Belum lagi kenaikan harga bahan baku yang lain seperti plastik.

Kenaikan komponen tersebut dikombinasi dengan naiknya biaya tenaga kerja, logistik, inflasi, yang sudah barang tentu bakal membuat harga mobil naik secara signifikan.

Sementara komponen-komponen berteknologi tinggi seperti chip untuk kendaraan juga mengalami penurunan produksi, sehingga produsen-produsen mobil dunia sudah ancang-ancang untuk memangkas jumlah produksi mereka untuk dipasok ke pasar.

Toyota Motor dan Ford Motor, dua pabrikan otomotif besar dunia, sudah mengumumkan akan mengurangi produksi kendaraan dari pabrik-pabrik mereka akibat kekurangan chip semikonduktor ini. Minimnya pasokan otak penggerak kendaraan tersebut, industri otomotif diperkirakan hanya dapat memproduksi sekitar 4 juta unit pada tahun ini.

Bagi produsen otomotif, kenaikan biaya bahan baku dan kelangkaan chip semikonduktor ini bisa menjadi masalah besar lantaran industri ini memiliki biaya tetap (fixed costs) yang sudah tinggi untuk dapat menghasilkan satu mobil. Apalagi, biaya tenaga kerja juga ikut-ikutan naik.

Perusahaan konsultan ekonomi dan bisnis Boston Consulting Group memproyeksikan, transaksi penjualan kendaraan bermotor khususnya mobil akan mencapai 100 Miliar USD, dengan volume penjualan menurun sebesar 10% dibandingkan kondisi sebelumnya.

Oleh karena itu, para produsen juga sudah ambil ancang-ancang untuk mengurangi insentif dan diskon yang akan diberikan kepada konsumen.

Perusahaan-perusahaan otomotif duniasecara umum tidak punya kemewahan atau keleluasaan untuk mengimbangi biaya produksi yang sudah cenderung meningkat. Sementara itu, pandemi telah membuat konsumen yang berada dalam golongan terbesar (kelas menengah dan menengah atas) lebih selektif dalam membelanjakan uang mereka.

Di AS yang merupakan salah satu pasar otomotif terbesar dunia, affordability index –suatu indeks yang mengukur tingkat kemampuan konsumen untuk membelanjakan produk-produk tertentu seperti rumah, mobil, properti, dan barang-barang berharga lainnya—menunjukkan tren menurun.

Pasar AS yang mengalami transisi besar-besaran semenjak peralihan kekuasaan dari Paman Donald ke Paman Joe memperlihatkan penurunan sebesar 40% dalam membeli kendaraan. Akibatnya, pasar kendaraan bekas pun jadi lebih ramai, meningkat dibandingkan dengan kondisi normal.

Untuk menggerakkan dan menggairahkan industri otomotif di tanah air, Pemerintah beberapa waktu lalu telah memberikan insentif pajak yang lumayan menggiurkan, sehingga menggoda konsumen-konsumen untuk membeli mobil baru, entah sebagai mobil pertama atau mengganti mobil lama mereka dengan yang baru.

Program ini diluncurkan oleh Pemerintah dengan tujuan mendorong bergairahnya industri otomotif, mengurangi risiko terjadinya PHK pada industri yang relatif padat karya (sekaligus padat modal tentu saja), dan mendorong konsumen-konsumen untuk menggangsir tabungan mereka yang disimpan di perbankan.

Tentu saja, harus ada upaya yang lebih progresif supaya konsumen tetap bersedia membelanjakan uang mereka, terutama konsumen yang relatif tidak mengalami kesulitan di tengah pandemi seperti sekarang ini.

Alois Wisnuhardana, Happy Eximbanker at day time, Dreamer at day night, Joker in between

Sumber gambar: LOKADATA

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *