Labuan Bajo

Labuan Bajo

Labuan Bajo adalah kampung terbelakang di tahun 1980-an. Bagian dr Manggarai yg beribu kota di Ruteng. Tingkatannya kecamatan saja.

Ruteng dan Bajo adalah dua wilayah yang berbeda total. Ruteng di gunung, Bajo di laut. Ruteng tanahnya subur, Bajo kering dan tandus. Kelebihan Ruteng adalah hasil bumi yang berlimpah, sedang Bajo kaya hasil laut dan pemandangan pantai yg mewah.

Setelah pemekaran administrasi pemerintahan dan menjadi bagian dr kabupaten baru Manggarai Barat, wilayah yg terletak di Kecamatan Komodo ini mulai dilirik orang.

Tapi LBJ belum juga menggeliat seketika. Butuh dorongan lebih besar. Baru setelah ditetapkan sebagai kawasan wisata prioritas, lalu dinaikkan lagi jadi super prioritas, Bajo berubah cepat. Lebih gegas.

Tahun 2015 ketika ke sini pertama kali menggowes dr Maumere di timur Pulau Flores, jalanan di kampung Bajo masih growak-growak, pasar ikan bau amis lagi kumuh. Warung dan toko suvenir masih berantakan.

Tahun 2018 ketika kembali utk kali kedua, suasana perubahan mulai terasa. Bandara sudah diperpanjang landasan pacunya, sehingga pesawat jet bisa masuk mendarat. Terminal penumpang diperbesar sehingga lebih lega dan berkapasitas ekstra. Kakusnya wangi, tak lagi pesing.

Dalam waktu tujuh tahun sejak penataan dimulai, Labuan Bajo kini benar-benar berubah total. Penerbangan langsung dr Jakarta sudah banyak pilihan. Belum lagi yg transit Surabaya, Kupang, atau Denpasar.

Kini, Bajo berkembang gila-gilaan. Salah satunya ditandai dengan konsumsi listrik. Tahun 2018, daya yg dibutuhkan kawasan ini masih 8 MW. Hari ini, sudah jadi 18 MW.

Hotel papan atas bermunculan. Dulu yg paling top hanya La Prima. Sekarang, sdh ada Meruorah, Ayana, dan banyak lagi.

Tapi ekonomi rakyat juga tumbuh pesat. Kedai kopi, kursus diving, angkutan wisata, sampai jasa tato, hidup dan berkembang. Pasar yg kumuh ditata ulang, jalan yg growak diaspal ulang, listrik yg minim dipasok sampai terang.

Dua tahun pandemi adalah masa hibernasi, tapi perbaikan terus berjalan. Dua tahun yang sulit, tapi tidak ada yg menyerah.

Sekarang, pandemi sudah berlalu. Kebutuhan dan permintaan listrik baru muncul satu demi satu. Kampanye moblis dan motlis salah satunya dilakukan di kota ini.

Dalam lima tahun ke depan, saya yakin listrik di sini butuh pasokan minimal 30 s.d 40 MW. Karena bergeraknya sektor ekonomi dan sosial yang nyata, membutuhkan listrik sebagai jantungnya. Mengalirkan darah menyalurkan berkah.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *