Ini singkatan dari LAPangan TERbang. Inilah satu-satunya jalan warga di Pegunungan Papua berhubungan dengan dunia luar. Tiada jalan lain seperti halnya ada seribu satu jalan menuju Roma.
Hanya pesawat kecil bisa naik dan turun di Lapter seperti ini. Pilatus atau Caravan. Saya belum riset kenapa pesawat ini dinamai Pilatus, manusia yg diidentikkan dgn pemimpin yg memilih cuci tangan di buku suci.
Hanya lewat Lapter inilah perintah Presiden Joko Widodo utk melayani warga dan saudara kita di Pegunungan Papua bisa dilaksanakan. Melayani manusia dan pengiriman makanan ke sana. Karena mereka saudara kita juga, pemilik dan anggota warga Merah Putih di ujung timur negeri.
Tahun 2017, mulailah dieksekusi penerbangan perintis. Perintah Presiden mulai berjalan manis. Efeknya sungguh drastis.
Dulu warga harus menyewa. Sekarang cukup beli tiket saja. Dulu puluhan juta ongkosnya. Sekarang ratus ribu saja.
Yang lebih terasa adalah harga barang. Beras 18 kg, dulunya bisa seharga 800 ribu hingga sejuta. Kini, 350-400 ribu saja.
Tapi belum semua Lapter bisa dijangkau dan dilayani penerbangan perintis. Ada tiga kendala yg harus ikut kita cari jalan keluarnya. Nanti saya ceritakan di halaman berbeda.
Kita bicara dari sisi jumlah dulu. Di wilayah kerja Bandara Wamena saja, ada 300an Lapter. Dekai punya sekitar 130an. Yang sudah terlayani belum separuhnya.