Ole Gunnar Solksjaer, Frank Lampard, dan Pep Guardiola, punya keberuntungan pernah bermain di klub besar, dan ketika melatih di klub mereka masing-masing, punya anggaran besar untuk menyusun tim yang diinginkannya.
Sebaliknya dengan Juergen Klopp. Ia nggak pernah bermain di klub besar. Saat menjadi pelatih di Mainz dan Dortmund, ia juga bajet cekak, sebelum berpindah di Liverpool.
Di Liverpool pun, ia juga nggak punya keleluasaan sebagaimana pelatih 4 atau 6 klub lainnya. Di antara 4 besar, Klopp paling tipis kantongnya buat belanja pemain. Belanja Liverpool, tak pernah melewati MU, Chelsea, atau City. Tapi Klopp bisa meraih apa yang dia dan klub dan fans mau.
Piala Liga Champions, yang bahkan Pep tak bisa menggapainya meski ia punya bajet melimpah saat di Bayern Muenchen atau Manchester City bisa diembat Klopp. Trofi Liga, diraihnya dengan selisih yang nyaris mustahil jauh di atas pesaing-pesaingnya itu.
Siapapun Anda dan klub yang Anda dukung dan baca status ini, pasti tidak dilahirkan dari keluarga kaya raya, yang bisa membeli apa saja yang kita mau.
Kita tetap bisa berjalan tegak dan terhormat ketika kita bisa mencapai apa yang kita tuju. Dengan cara yang berbeda. Dengan pendekatan yang tidak biasa. Dengan jalan yang istimewa. Kuncinya cuma satu: mengubah mindset, dari peragu menuju penuh keyakinan. Dari kegamangan, menuju kepastian.