Penanda Kota

Penanda Kota

Penanda tempat atau landmark acap menjadi inspirasi para seniman berekspresi. Iwan Fals menulis kisah anak penjual koran di kolong Tugu Pancoran, sebagai contohnya.

Penanda tempat tentu ada yg alami, ada juga yg buatan. Dan yg buatan manusia, akan semakin menakjubkan ketika ia punya narasi, atau punya magnitudo tertentu yg mudah diingat: tertinggi, terbesar, terlama, terunik, atau ter-ter yang lainnya.

Kota-kota dunia, utamanya di Eropa dan Amerika, punya penanda tempat buatan. London punya jembatan. Paris punya menara. Moskow punya lapangan. Romantisme, drama, kepahitan, juga kegemilangan, sering dibumbui dengan penanda kota atau tempat-tempat menarik spt itu.

Menara Eiffel misalnya. Sejak abad lalu, ia sudah jamak menjadi latar cerita film yang kemudian menjadi kondang. Di antaranya “An American in Paris” (1951), “Funny Face” (1957), “Charade” (1963), “The Bourne Identity” (2002), “Ratatouille” (2007) atau “Midnight in Paris” (2011). Film Indonesia bahkan mengambil Eiffel sbg titel Eiffel I’m in Love.

Apa menariknya Eiffel sesungguhnya, selain tingginya yg menjulang?

Pada zamannya, tower yg dirancang Gustave Eiffel itu pernah menjadi yg tertinggi di dunia, dengan tinggi sam ji su alias 324 meter. Dibangun selama dua tahun dan selesai di tahun 1889, menara besi ini dibangun dengan komponen lebih dari 18 ribu keping dan berat lebih dari 10 ribu ton.

Mula-mula, menara dilengkapi dengan kerek hidrolik, yg kemudian digantikan dengan penggerak listrik. Lalu, sejak tahun 1985, menara ini diselimuti cahaya dengan bolam yg banyaknya lebih dari 20 ribu biji.

Secara konstruksi, Eiffel dirancang dengan model kisi-kisi berongga mulai dr struktur penopang hingga bagian puncak. Ini berbeda dengan model-model menara lainnya yg menggunakan struktur pejal di bagian fondasi. Eksotismenya jadi kian maksimal.

Kang Gustave, si perancang, punya apartemen privat di teratasnya dan kemudian ditutup sepeninggalnya. Apartemen ini kemudian dibuka lagi tahun 2016 lalu setelah direnovasi. Tapi tidak untuk ditinggali dan hanya utk kepentingan wisata.

Ketika Perang Dunia II meletus dan Perancis dikuasai Jerman, menara ini dialihfungsikan menjadi menara pengendali dan komunikasi radio pasukan Jerman. Tapi kemudian pasukan Perancis menyabotnya dengan memotongi kabel-kabel sehingga fungsi pemancarnya lumpuh.

Hingga hari ini, Eiffel masih menjadi magnet bagi turis asing maupun domestik. Eiffel yg menyandang sebagai bangunan tertinggi selama 41 tahun -setelah disalip Chrysler Building di New York- adalah denyut nadi Paris yg menghangatkan kota lewat rangkaian besi-besi yg dingin.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *