Pertama

Ini piala pertama. Bukan yg pertama dalam hidup, tentu saja. Tapi pertama di umur kepala lima. Pada kepala empat dulu, saya catat ada beberapa. Ketika kepala tiga, ada puluhan rasanya. Kalau belasan sampai dua puluhan, jangan tanyalah…wkwkwkwk.

Bukan juga piala terbaik, tapi terbaik kedua. Tapi itupun layak dirayakan.

Piala pertama di kepala lima mengingatkanku pada dua nama: Sanders dan Moeryati Soedibjo. Yang pertama, ketika ia mulai jual ayam goreng resepnya dan mewaralabakan bisnisnya di umur 65. Maka, jadilah Kentucky Fried Chicken alias KFC yang hari ini sudah mendunia. Yang kedua, ketika pendiri Sari Ayu itu menempuh studi doktoralnya di umur lebih dari kepala tujuh.

Jadi, dibanding dua nama itu, ya saya ini junior banget. Cupu maksimal. Tapi dua nama itu meninggalkan pesan kuat: Jika kamu memulai berjuang membangun mimpi apapun, tak perlulah risau pada umurmu. Risaulah jika mimpi itu terus bersarang di pikiran, tanpa sekalipun kamu berani mencoba atau memulainya.

Bisa-bisa, kamu akan menua dihantui rasa penasaran, lalu pada tiap pagi di hari-hari uzurmu sibuk meratapi sesal tiada ujung sampai dirimu menjemput ajal.

Upayamu utk mencoba dan membangun mimpi itu, akan terasa lebih indah, hanya dengan mulai, mulai, dan mulai. Tanda-tanda ada hasilnya sederhana belaka. Salah satu ketika kamu bisa mengatakan pada dirimu, “proud to myself”, dan org yg menginspirasi hidupmu, yg kamu sayangi, yg kamu hormati, yg membuatmu bergairah dan bersemangat, sudah mengatakannya padamu, “proud of you, dear”.