Harvard University adalah salah satu universitas paling bergengsi di AS. Dan karena itu, sudah pasti bergengsi pula di antara universitas-universitas lainnya di dunia. Namanya masuk dalam salah satu Ivy League, kelompok elite alias papan atas universitas di AS. Selain Harvard, ada pula Columbia University, Yale University, MIT, Princeton University, Cornell University, atau Brown University di kelompok ini.
Lulusannya juga banyak yang jadi orang top. Bahkan yang nggak lulus pun juga ada yg ngetopnya mendunia. Orang-orang beken yang pernah mengenyam pendidikan di Harvard University antara lain John. F. Kennedy, presiden AS; Bill Gates, pendiri Microsoft dan salah satu orang terkaya di dunia; Mark Zuckerberg, pendiri Facebook dan juga orang terkaya di kolong jagat. Dua nama itu bahkan nggak sampai lulus kuliah di sana.
Yang juga gak kalah ngetop tentu saja adalah Barack Obama — presiden kulit hitam pertama AS. Obama lulus dari Harvard Law School pada tahun 1991.
Salah satu produk Harvard yang mendunia selain lulusan atau jebolannya, tentu saja adalah artikel-artikel bisnisnya yang terangkum dalam Harvard Business Review atau HBR. Ini adalah jurnal wajib dan jurnal rujukan bagi para pebisnis, pemimpin korporasi, ekeskutif perusahaan, pengamat bisnis, termasuk akademisi yang berkutat pada dunia bisnis dan manajemen organisasi bisnis.
Apa dan mengapa artikel-artikel HBR itu wajib disimak dan penting untuk diikuti dan diketahui oleh orang-orang tadi?
Pertama, kualitas risetnya. Artikel-artikel HBR dipandang oleh pembacanya memiliki basis riset yang kokoh dan mendalam. Disajikan dengan data dan fakta yang empirik, akurat, dan teruji. Ditulis oleh orang-orang atau praktisi yang benar-benar menguasai bidangnya, atau org-org yang memang menggeluti topik itu selama bertahun-tahun.
Kedua, relevansinya kuat. Artikel-artikel HBR terbukti memiliki relevansi atau keterkaitan yang kuat pada topik yang diangkatnya, sehingga menawarkan suatu insight, mindset, cara pandang, dan pendekatan yang berbeda bagi para pemimpin bisnis dan manajer korporat/organisasi. Aktualitasnya nggak kaleng-kaleng, karena meng-address masalah yang riil, menekankan tantangan-tantangan yang dihadapi di dalam bisnis, dan bagaimana suatu organisasi meng-address tantangan-tantangan tersebut.
Ketiga, kejernihannya teruji. Artikel-artikel HBR bukanlah artikel kosongan tanpa makna, atau kalimat-kalimat jargon yang mengawang-awang. Dia disajikan secara ringkas, padat, jelas, tanpa tedeng aling-aling, membuat artikel-artikel tersebut layaknya kaca benggala atau cermin besar bagi pembacanya untuk membaca masalah mereka sendiri. Kenapa bisa begitu? Karena artikel HBR nyaris semuanya berangkat dari kisah nyata, peristiwa yang benar-benar terjadi, sehingga menawarkan suatu insight yang memicu orang berpikir dan menggerakkan pembacanya utk menerapkannya di dalam masalah atau tantangan yang mereka hadapi.
Keempat, kredibilitas penulisnya diakui. Penulis-penulis HBR, juga para editornya, adalah org yang qualified di bidang mereka. Kualifikasi itu ditentukan oleh dua hal: pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki; dan rekognisi atau atribut-atribut akademik yang mereka punyai. Jadi, artikel yang tersaji adalah saripati dari pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang sungguh ekselen.
Kelima, standar kualitas yang terpatok sangat tinggi. HBR adalah jurnal bisnis paling bergengsi hari ini. Cobalah simak artikel-artikel yang tersaji. Sudah dapat dipastikan bahwa artikel-artikel tersebut merupakan suatu kombinasi antara riset yang mendalam, praktik-praktik yang relevan, kejernihan penulisan, dan cara pandang yang berbeda. Ibarat obat, artikel-artikel HBR bekerja pada pusat masalah secara langsung. Tidak bertele-tele seperti sambutan para pejabat. Tidak muter-muter kayak jawaban akademisi kampungan.
Jadi, gengsi atau bobot korporasi yang pernah dibahas oleh HBR, sudah pasti sangat tinggi pula. Di antara ratusan ribu entitas bisnis atau korporasi di Indonesia, yang pernah menjadi bahan ulasan atau kajian HBR tidaklah banyak. Dan yang tidak banyak itu, sudah pasti punya dasar yang sangat kuat untuk menjadi contoh.
Go-jek atau Aqua-Danone contohnya. Go-jek menjadi objek studi karena kesuksesannya menjadi entitas bisnis yang menjawab kebutuhan masyarakat perkotaan Indonesia pada umumnya. Aqua juga dipilih karena kesuksesannya membangun suatu bisnis yang dipadukan dengan isu lingkungan dan sosial di Indonesia.